dampak psikologis korban bencana gempa dan tsunami
"ada kota yang terkekang? jelas bahwa orang bisa terkekang. bahkan orang yang tidak terkekang pun bisa dipaksa untuk menahan dirinya dalam membicarakan peristiwa-peristiwa yang mengancam secara psikologis. tetapi seluruh kota? ini bukan pemikiran baru. pada awal abad ke-9, seorang filosof jerman bernama Georg Hegel menyatakan bahwa sepanjang sejarah kebudayaan manusia didominasi dan diarahkan oleh sekumpulan gagasan atau keyakinan yang berlaku sebagai pikiran yang luhur dan mutlak. Karl Marx, dan kemudian Freud, mengembangkan pandangan dasar bahwa masyarakat mengevolusikan suatu kesadaran kolektif atau suatu cara berpikir. bahkan, Frued berpendapat bahwa akar masalah-masalah psikologis adalah hasil dari penekanan dorongan agresif dan seksual. dipengaruhi oleh Marx dan Freud, dari hasii penelitian seorang ahli psikoanalisis Erich Fromm, dapat disimpulkan bahwa seluruh negara bisa mengembangkan pandangan tentang dunia yang sangat keliru." [pennebaker; ketika diam bukan emas]
tiga minggu sudah sejak bencana gempa dan tsunami melanda aceh dan sebagian kota di sumatera utara. bantuan yang dikirim dari dalam maupun luar negeri seakan tak berhenti. di koran-koran kisah-kisah mengharukan mengenai pengalaman para korban bencana tersebut hampir setiap hari dimuat. dari situ kita bisa melihat reaksi korban yang berbeda-beda. ada yang bercerita dengan tenang tapi ada juga yang bercerita dengan penuh emosi. kenapa berbeda? apakah karena penderitaan yang mereka alami berbeda? rasanya bukan karena itu. mereka toh sama-sama kehilangan keluarga yang sangat mereka cintai, kehilangan harta benda. apakah yang bisa menghadapi masalah tersebut dengan tenang menunjukkan bahwa mereka tidak mengalami trauma atau gangguan psikologis? belum tentu.
para relawan yang datang saat ini lebih menitikberatkan pada kesehatan fisik para korban, walaupun menurut berita di salah satu radio interaktif yang saya dengar sudah banyak psikolog yang datang untuk membantu mereka mengatasi trauma tersebut. seberapa dalam sih trauma yang dialami para korban? tahapan-tahapan apa aja sih yang mereka alami dalam menerima kenyataan akan bencana tersebut? seefektif apa bantuan para psikolog itu untuk mengurangi beban psikologis mereka?
menurut pennebaker, dari hasil penelitiannya terhadap beberapa kota yang pernah dilanda bencana alam maupun perang, ada tiga tahap yang dilalui para korban dalam upaya mereka mengatasi kemelut yang dihadapi bersama.
periode pertama adalah tahap darurat yang berlangsung selama tiga minggu-an dan terkait dengan pembicaraan aktif di antara orang-orang yang terlibat. dalam tahap ini, orang-orang mengatakan bahwa bencana ini "mempersatukan bangsa kita" atau "memberi kesempatan bagi saya untuk pertama kalinya mengetahui bahwa negara indonesia peduli kepada aceh." para korban di pengungsian bisa saling curhat dan bercerita mengenai pengalamannya baik dengan sesama korban maupun para relawan. mereka merasa sebagai bagian dari suatu komunitas kohesif yang berhadapan dengan trauma yang sama.
periode kedua yang dimulai sekitar empat minggu setelah bencana, segala sesuatunya mulai berubah, seiring dengan mulainya tahap pengekangan yang berlangsung sekitar tiga minggu sampai tiga bulan setelah peristiwa berlangsung. tahap ini adalah tahap yang paling merusak, karena para korban merasa terkekang untuk membicarakan pengalaman mereka dengan orang lain. di satu sisi, mereka ingin membicarakan pikiran dan perasaan mereka tentang bencana tersebut dan rasa kehilangan mereka, tetapi di sisi lain mereka merasa muak mendengar pembicaraan orang lain tentang hal yang sama. apalagi di masa-masa ini banyak pihak mulai mengharapkan supaya kita tidak lagi berduka, melainkan bangkit dan berusaha membangun kembali puing-puing yang runtuh. sehingga membuat para korban merasa tidak lagi leluasa menyalurkan emosi mereka karena takut dianggap terlalu berlarut-larut dalam duka.tahap inilah yang memunculkan masalah-masalah pengekangan psikologis, seperti meningkatnya orang-orang yang menderita sakit, merasa cemas, depresi, gangguan tidur, dan kriminalitas.
tahap terakhir adalah tahap adaptasi, yang dimulai 2-3 bulan sesudah peristiwa itu terjadi [kalau untuk bencana di aceh mungkin waktunya lebih lama ya karena kerusakan infrastruktur sangat parah dan membutuhkan waktu yang lama bagi korban untuk kembali ke kehidupan normalnya]. pada saat ini, pada umumnya orang-orang sudah tidak membicarakan masalah tersebut lagi dan mulai kembali ke kehidupan mereka seperti sebelum terjadinya peristiwa tersebut.
dilihat dari tahap-tahap sosial ini, dikhawatirkan kita mungkin melakukan pendekatan pada krisis-krisis sosial secara keliru. contohnya, ketika bencana itu terjadi para psikolog, relawan, pekerja sosial dan ahli kesehatan mental lainnya biasanya segera datang ke tempat kejadian untuk membantu para korban mengatasi gangguan hebat yang menimpa hidup mereka. para relawan ini menemukan bahwa para korban mau berbicara tentang pengalaman buruk yang mereka alami yang menunjukkan indikasi bahwa mereka tidak menyimpan trauma di alam bawah sadarnya. sekitar satu bulan setelah terjadinya trauma, keadaan berangsur pulih dan para relawan melihat bahwa situasi sudah kembali normal karena para korban sudah tidak membicarakan lagi peristiwa yang menimpa mereka. pada titik inilah biasanya para relawan kesehatan mental meninggalkan para korban. akibatnya, para psikolog dll datang pada saat tidak dibutuhkan dan pergi justru saat mereka sedang benar-benar dibutuhkan.
semoga para psikolog yang menjadi relawan di aceh tidak melakukan kesalahan yang sama, karena akan banyak sekali derita yang dialami para korban akibat trauma jika tidak dibantu penanganannya. mungkin tidak bisa hilang 100%, tapi berkurang pun sudah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
saya mungkin cuma bisa bantu doa, tetapi semoga doa yang kecil itu bermanfaat bagi mereka... yuk kita berdoa bersama-sama...
-if you want to be a princess, you have to believe that you are a princess (princess mia-princess diary: royal engagement)-
posted by -nia- @--}--- Friday, January 21, 2005 l
:: Profile ::
This is my blogchalk: Indonesia, East Java, Sidoarjo, Indonesian, English, Nia, Female, 21-25, reading, movies, make friends, writing, music, party.